Indonesian Moslem Student Movement
   
  Komisariat Bakti Negara
  Memaknai G30SPKI dan Kesaktian Pancasila
 

Memaknai G 30 S/PKI dan Hari Kesaktian Pancasila
Oleh : Ahmad Miftahul Karomah (Bendahara PB PMII)

Tragedi 30 september 1965 merupakan kejadian paling memilukan bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Bangsa yang baru merdeka dan merintis demokrasi sudah mengalami percobaan kudeta dengan dibunuhnya para petinggi angkatan bersenjata. Terlepas dari informasi sejarah yang simpang siur berdasarkan perspektif sumber masing-masing, kini tragedi itu telah berlalu, komunisme tiada lagi, tinggal bagaimana bangsa Indonesia mengambil pelajaran yang sangat berharga dari kejadian tersebut supaya tidak terulang kembali di masa mendatang.

Salah satu pelajaran penting dari tragedi yang kemudian di kenal dengan peristiwa G 30 S/PKI dan Hari Kesaktian Pancasila pada tanggal 1 Oktobernya adalah  upaya perusakan terhadap ke-bhineka-an serta upaya menghancurkan pancasila sebagai dasar Negara. Kini meskipun komunisme tidak ada lagi bukan berarti ancaman terhadap pancasila dan ke-bhineka-an berakhir. Kita harus mewaspadai terhadap ancaman-ancaman lain yang membahayakan pancasila dank e-bhineka-an, salah satu ancaman itu adalah fanatisme agama yang radikal dan mengarah kepada terorisme.

Peran PMII dalam menjaga Pancasila dan ke-bhineka-an

Sebagai generasi muda kita harus menjadi garda terdepan dalam menjaga pancasila dan melestarikan nilai-nilai ke-bhineka-an. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sangat prihatin dimana sebagian generasi muda saat ini sudah tidak perduli lagi dengan pancasila dan ke-bhineka-an. PMII sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan terus berperan aktif dalam menjaga pancasila dan ke-bhineka-an dengan menanamkan ideologi Islam Ahlussunah Wal Jama’ah (Aswaja) yang Moderat, Toleran kepada para kader dan anggota.

Mengingat Indonesia adalah bangsa yang majemuk, maka sangat rentan terjadi konflik horizontal antar umat beragama maupun antar suku, jika masyarakatnya tidak memiliki sikap toleransi. Dengan memiliki sikap toleran diharapkan tidak ada lagi teror, kekerasan atas nama agama maupun suku seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini. Berbagai peristiwa yang terjadi cukuplah menjadi pengalaman buruk yang tidak terulang lagi.

Tragedi-tragedi buruk yang terjadi bisa tidak terulang kembali jika seluruh elemen bangsa siap menjaga dan mengamalkan pancasila serta melestarikan nilai-nilai ke-bhineka-an. Saya hanya berfikir jika semua masyarakat memahami pancasila dan ke-bhineka-an serta memiliki ideologi keagamaan yang moderat dan toleran seperti yang di anut oleh PMII dan Nahdlatul Ulama, mungkin tidak akan ada lagi konflik horizontal atau kekerasan atas nama agama maupun suku.

 
  Today, there have been 2 visitors (5 hits) on this page!  
 
aq
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free